SURABAYA, Jogojatim.com – Nama Indonesia kembali harum di kancah internasional. Anak bangsa berbakat nan berprestasi itu berasal dari Polda Jatim.
Mereka adalah Ipda Jason Kurnia dan Ipda Afgha Satriya Prayoga. Keduanya menyabet medali silver dalam ajang internasional di Malaysia pada 15 hingga 18 Mei 2024.
Ajang World Young Inventors Exhibition (WYIE) merupakan sebuah kompetisi penelitian untuk mendorong semangat dalam berkreasi dan berinovasi bagi peneliti muda. Diselenggarakan oleh Malaysian Inventions & Design Society (MINDS) dan diadakan setiap tahunnya di Kuala Lumpur sejak tahun 2017.
Pengalaman dan Inovasi Baru Bagi Polda Jatim
Saat ditemui detikJatim, Jason mengaku masih tak menyangka bisa menyabet penghargaan bergengsi itu. Mengingat, kegiatan itu dihadiri 700 tim dari 15 negara di seluruh dunia, mulai dari China, Saudi Arabia, Malaysia, Oman, Thailand, Hongkong, hingga Australia.
Jason menerangkan tujuannya mengikuti ajang internasional itu adalah untuk menunjukkan efektivitas Supportive High Tech Intervention and Enforcement for Legal Defence atau S.H.I.E.L.D. Terutama, dalam menjaga ketertiban sambil memprioritaskan perlindungan petugas yang menjalankan tugasnya di tanah air.
“Alhamdulillah kami mendapat predikat prestasi Silver Medal atas inovasi berbasis pengamanan bagi aparat keamanan dengan nama S.H.I.E.L.D. Bergabung dalam kompetisi ini memberikan kesempatan untuk menyoroti potensi S.H.I.E.L.D terhadap keselamatan publik di panggung internasional.” kata Jason saat ditemui detikJatim di Surabaya, Selasa (28/5/2024).
Lulusan Akpol 2023 itu menyatakan proses pembuatan S.H.I.E.L.D memakan waktu cukup lama. Sekitar 3 hingga 4 bulan. Bahkan, dirancang bersama rekannya, Afgha di tengah-tengah menanti sahur saat Ramadan.
“Pengerjaan sekitar 3 sampai bulan, pas puasa kita malam-malam mengerjakan juga sambil menunggu waktu sahur, lalu paginya bertugas seperti biasa,” paparnya.
Kendati begitu, ia mengaku proses pembuatan prestasi, hingga segudang yang diperoleh merupakan hal baru baginya. Ia memastikan tak langsung puas begitu saja dan berupaya maksimal untuk menyempurnakan S.H.I.E.L.D.
“Kami rencana lakukan revisi, perbaikan, dan penambahan fitur-fitur juga, serta penyempurnaan supaya siap pakai dan memiliki daya jual, serta dapat digunakan secara masif tak hanya dari dalam negeri, tapi juga luar negeri,” imbuh pria kelahiran Jakarta tahun 2001 itu.
*Optimis S.H.I.E.L.D Harumkan Tanah Air Indonesia*
Hal senada disampaikan Ipda Afgha Satriya Prayoga. Ia menyatakan sejak awal optimis bisa merampungkan pengerjaan dan memenangkan ajang tahunan bergengsi itu. Terlebih, kegiatan itu dihadiri 5.293 pengunjung.
Di sana, ada klasifikasi inovasi yang dilombakan, mulai dari Agrikultur, Otomatisasi, Bioteknologi dan Kesehatan, Edukasi, Lingkungan, Desain Industri, Games dan Olahraga, Kantor, IT, hingga Material.
Meski begitu, Afgha dan Jason tak gentar. Meski, keduanya mengaku seluruh inovasi yang dihadirkan 15 negara yang hadir cukup mengagumkan.
“Dari 15 negara di Asia, Eropa, dan Amerika, yang paling terberat Angkatan Udara Saudi Arabia. Mereka menciptakan material yang dapat menahan dari tabrakan, mereka dapat gold medal. Lalu Australia membuat satelit lokal secara wireless, bisa digunakan di kapal,” ujarnya.
Afgha menyebut bertarung dengan sejumlah peserta dari berbagai latar belakang. Tak hanya sesama polisi, ada pula dari militer hingga mahasiswa.
Ia mengaku ada sejumlah proses panjang persiapan yang digagas. Mulai modelling 3D, pengumpulan material, sampai pembuatan protep dan pra sebelum eksibisi.
“Ya makan waktu sekitar 4 bulan, lalu submit abstrak untuk di cek secara nasional, kemudian diundang karena memenuhi syarat, dari situ kita menyempurnakan project yang kita bawa. Jarak diterimanya sebelum ke Malaysia itu 1 bulan lalu pemantapan,” ungkap lulusan Akpol 2023 itu.
“Alhamdulillah, banyak yang sudah kita berhasil lewati, mulai perijinan, uji coba, sampai kemenangan yang kita raih. 15 Mei kita di sana mulai pertandingan lalu setting board dan orientasi. Kemudian 18 Mei saat pengumuman kami mendapatkan medali silver untuk kategori material di golongan umum teritory,” sambungnya.
Pria kelahiran Asahan Sumatra Utara tahun 2001 itu mengaku harus bisa dan pintar meluangkan waktu di tengah pelayanan masyarakat dan istirahat. Ia dan Jason mencoba maksimalkan project di tengah disiplin terhadap waktu dan situasi serta riset yang dilakukan.
S.H.I.E.L.D Berawal dari Keresahan-Tupoksi Polisi saat Bertemu Massa Aksi
Secara bersahutan, Afgha dan Jason menerangkan pembuatan S.H.I.E.L.D berawal dari tugas hariannya ketika menjadi polisi. Menurutnya, Dalmas yang sering dihadapkan dengan kondisi ricuh dinilai berisiko bagi petugas.
Berangkat dari keresahan itu lah, keduanya mulai menggagas dan memodifikasi body protector untuk anggota. Lalu, dirancang sedemikian rupa dengan teknologi terkini.
“Kami kan bertugas sebagai Danton Dalmas Satsamapta Polda Jatim, ketika di lapangan itu kami bertanya-tanya ‘Apa sih yang sebenarnya dibutuhkan anggota? Apalagi pekerjaan kami sebagai polisi punya banyak risiko?’,” jelas mereka.
Sehingga muncul inovasi untuk membuat sebuah peralatan yang digunakan kepolisian untuk pengendalian massa. Terutama, yang digunakan di tengah kerusuhan.
“Mekanismenya seperti menggunakan body protector, jadi kita upgrade yang lama dengan inovasi yang terbaru dari S.H.I.E.L.D. Tapi, masih perlu penyempurnaan lagi lebih detail,”
Jerih Payah 2 Danton Dalmas Satsamapta Polda Jatim Diganjar Medali Silver
Keduanya mengaku menaruh harapan dan mimpi besar pada S.H.I.E.L.D. Bila telah disempurnakan, mereka ingin S.H.I.E.L.D bisa digunakan banyak personel Polri.
“Untuk hak paten dan project dalam pengawasan, kami juga sudah mengurus, ke depan setidaknya sudah lebih baik lagi,” tegasnya.
Saat didapuk sebagai salah satu pemenang, rasa syukur tak henti-hentinya dipanjatkan Jason dan Afgha. Menurut mereka, kemenangan yang diraih tak lepas dari segala doa dan dukungan yang diberikan oleh rekan Polri dan masyarakat Indonesia.
“Tentunya saya berharap apa yang saya dapat ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi seluruh personel kepolisian di tanah air, agar kita terbuka untuk pendidikan dan pengembangan bagi institusi kita sendiri. Alhamdulillah kita bisa pulang membawa medali untuk Indonesia,” tutup dia (Red)