SURABAYA, Jogojatim.com – Pengamat Kepolisian, “Didi Sungkono” saat diminta tanggapan wartawan terkait lambannya penanganan Laporan masyarakat unit PPA (Perlindungan Perempuan dan anak) di Polres Kabupaten Malang angkat bicara,
“Apa yang dilakukan penyidik tersebut tidak bisa dibenarkan apalagi kalau masyarakat berkali-kali menanyakan perkembangan laporan tidak digubris (diabaikan). Itu namanya tidak profesional, karena sudah jelas dalam aturan hukum Undang Undang No 02 Tahun 2002 Tentang Kepolisian, Keamanan dalam negeri adalah POLRI. Kewenangan POLRI ini sangat luas, disamping mengayomi, melindungi, melayani masyarakat, POLRI juga melakukan upaya penegakkan hukum dan di atur dalam UU No 08 Tahun 1981 KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). POLRI bisa melakukan upaya paksa, sebagaimana diperintah oleh Undang-Undang diatas. Apa itu upaya paksa ? Penyidik bisa melakukan penangkapan, penahanan dengan kewenangannya,” Ujarnya
Perlu masyarakat ketahui, peristiwa tidak puasnya masyarakat dengan kinerja unit PPA Polres Kabupaten Malang bermula dari kejadian salah seorang pelajar sebut saja namanya NV yang berusia belum genap 18 tahun, tepatnya masih kelas dua SMK. Remaja putri tersebut tinggal di desa Malang Suko kecamatan tumpang, kabupaten malang. Remaja tersebut mengaku diperkosa seorang laki-laki dewasa bernama Fajar (23 thn) asal desa setempat.
Orang tua Pelajar wanita tersebut melaporkan laki-laki tersebut diatas karena mendapatkan pengakuan dari anaknya, bahwa dirinya dipaksa melakukan hubungan badan. Sebelum dipaksa melakukan hubungan badan, remaja tersebut dicekoki miras hingga lemas tidak berdaya dan akhirnya tragedi memilukan tersebut terjadi.
Sontak sang ibunda dan ditemani beberapa saksi saksi melaporkan laki laki yang telah merenggut kegadisan anaknya.
Sebelum diperkosa, remaja putri tersebut dipukuli, ditendang, dipukul perutnya hingga lemas tidak berdaya.
“Saya tidak kuat untuk melawan laki-laki tersebut, saya juga takut karena di ancam. Kejadian pertama di lakukan di rumah pak Dhe (paman), di tahun 2023 lalu sekira bulan Oktober.
Masih dibulan dan tahun 2023 lalu, Pelaku yang bernama Fajar kembali mengajak hubungan badan di desa dringu. “Saya diajak kesana secara paksa, katanya ada keperluan mendadak. Tapi saya dibohongi ,” Ujar Korban.
Ditahun 2024 ini peristiwa tersebut terulang kembali dengan cara yang sama.
“Saya ditakut takuti mau dibunuh, Saya diam pasrah karena tidak berani.”
Terlapor yang bernama FAJAR adalah PREMAN di desa tersebut, terkenal suka berkelahi dan jagoan. Orangtua NV curiga karena anaknya semakin pendiam dan cenderung melamun serta mengurung diri. Dengan rasa penuh curiga, setiap anaknya habis menerima telpon langsung pergi dengan mimik ketakutan, seperti diancam, “Ungkap ibu NV kepada awak media.
Saya sudah curiga, akhirnya berinisiatif membuntuti anak saya, tepatnya pada hari Selasa jam 4 sore. Saya kaget sepeda motor anak saya ada di rumah FAJAR (TERLAPOR). Akhirnya saya langsung masuk kerumah tersebut, di temui adik fajar yg bernama darul. Namun dirinya (Darul) mengatakan tidak melihat NV. Merasa curiga, ibu NV memaksa masuk dan mendapati FAJAR keluar kamar dengan menggunakan celana dalam saja.
Melihat seperti itu, ibu NV sontak marah dan berteriak memanggil NV, namun FAJAR dan DARUL malah mengancam akan memukuli ibu NV kalo ngotot mau masuk kamar. Melihat gelagat yang tidak baik ibu NV keluar rumahnya FAJAR dan memanggil saudaranya untuk dijadikan saksi, karena jarak rumah korban 1 kilo dari rumah FAJAR.
Namun, setelah kembali dengan saudara nya, rumah Fajar sudah sepi dan NV juga sudah tidak ada ditempat itu. Ibu NV memutuskan pulang, dalam perjalanan pulang berpapasan dengan NV, akhirnya diajak pulang sekalian. Sesampainya dirunah, NV bercerita sambil menangis mengatakan apa yang menimpa dirinya. Karena tidak terima, anaknya yang masih sekolah dan berusia dibawah umur diperlakukan seperti itu oleh FAJAR, ibu NV melaporkan ke Unit PPA Polres Kabupaten Malang. Sesampainya di Polres Malang dibuatkan LP dan diantarkan Visum et repertum ke RSUD Kepanjen Kabupaten Malang.
Yang menjadi ketidak puasan PELAPOR adalah tidak ada tindakan lebih lanjut dari penyidik Unit PPA Satreskrim Polres Kabupaten Malang. Sejak melaporkan sampai berita ini ditayangkan, SP2HP juga tidak pernah diterima, saksi-saksi sudah diperiksa semua, TERLAPOR masih bebas berkeliaran di desa seakan tidak terjadi apa apa, “Saya meminta dengan sangat perkara ini ditindak tegas,sesuai jalur hukum,”Ujar ibu NV.(prz / red)