KPH Banyuwangi Selatan Selain Kayu Jati Sebagai Sumber Daya Alam Terbesar yang di Kelola, Tempat Wisata Juga Menjadi Andalan

Daerah, Nasional212 Dilihat

JOGOJATIM. Banyuwangi Selatan – Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Selatan masuk dalam Perum Perhutani divisi regional (Divre) Jawa Timur, mempunyai luas 45.489,53 Ha, yang merupakan klas perusahaan jati, terdiri dari 39.793,45 Ha, Hutan Produksi dan 5.696,08 Ha, Hutan Lindung yang secara Administratif masuk wilayah kabupaten Banyuwangi.

 

KPH Banyuwangi Selatan selain kayu Jati sebagai sumber daya alam terbesar yang di kelola, tempat wisata juga menjadi andalan dari KPH Banyuwangi Selatan. Hal itu disampaikan Administratur Utama (ADM) KPH Banyuwangi Selatan, Panca Putra Maju Sihite.

Ada beberapa tempat wisata yang dikelola KPH Bayuwangi Selatan, antara lain wisata Grajagan, wisata Pulau Merah, dan wisata De Djawatan.

“Ada 3 wisata  yang memenuhi syarat mendapat sertifikat CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) dari Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif (Kemenparekraf), yakni Grajagan, Pulau Merah, dan De Djawatan,” ujar Panca, diruang kantornya, Rabu (29/9/2021) pagi.

Panca menjelaskan dengan adanya sertifikat CHSE menjamin para wisatawan terhadap penerapan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan di area tempat wisata.

“Menerapkan protokol kesehatan dan juga memakai aplikasi Peduli Lindungi. Dengan tempat wisata mendapat sertifikat CHSE, akan menambah keyakinan wisatawan yang datang merasa semakin aman,” ujar Panca.

Kesempatan itu Panca juga menjelaskan pihak Perhutani bekerja sama dengan Pemkab Banyuwangi mengembangkan wisata Pulau Merah.

“Pulau Merah mempunyai pemandangan yang sangat indah, pantainya memiliki hamparan pasir putih dan ombak di sana sangat menantang para pelancar berselancar. Dan kerjasama dengan Pemkab Banyuwangi sebagai bentuk dukungan Perhutani kepada Pemkab Banyuwangi yang gencar dalam pengembangan pariwisata” ujarnya.

“Di pulau Merah pengelolaannya seluruhnya oleh KPH Banyuwangi Selatan, dan Pemkab Banyuwangi melibatkan BUMDes untuk membantu, hasil dari pendapatan dibagi 60 % Perhutani, dan 40% Pemkab Banyuwangi,” lanjut Panca.

Selain kerjasama dengan Pulau Merah, KPH Banyuwangi Selatan akan  mengembangkan wisata Grajagan. “Didekat Pantai Grajagan ada wisata Plengkung, untuk sampai ke Plengkung mengunakan Speedboat. Di Plengkung ada cottage yang kalau nginap biaya nya tinggi. Jadi kita buat beberapa tempat inap di Grajagan, jika ada wisatawan mancanegara datang dan ingin ke Plengkung, tidak usah inap disana. Inap di Grajagan, pagi berangkat ke Plengkung, sore pulang ke Grajagan, jadi biaya jauh lebih irit bagi wisatawan mancanegara,” ujar Panca.

Diluar wisata yang diulas, Panca juga menerangkan ada wisata yang rencana dikembangkan. “Wisata Pantai Watu Ireng, wisata alami yang ga kalah bagusnya dengan wisata lain, ombaknya yang landai dan air lautnya berwarna biru jernih, sangat indah. Kita rencana bekerjasama akan membangun jalan menuju sana, untuk saat ini menuju kesana hanya bisa memakai sepeda motor trail. Pantai Wedi Ireng sangat prospek untuk jadi wisata andalan di wilayah KPH Banyuwangi Selatan,” ujar Panca Sihite.

Dalam menjaga hutan yang mempunyai sumber daya alam kayu jati dan beberapa tempat wisata, KPH Banyuwangi Selatan mengambil 3 langkah strategis, yakni Preventif, Persuatif, dan Represif.

“Kejahatan ada karena ada niat dan kesempatan, oleh karena itu kita gunakan 3 langkah. Langkah pertama Preventif, kita lakukan bimbingan, pengarahan, dan ajakan kepada masyarakat akan pentingnya hutan. Langkah kedua, Persuasif, pengendalian sosial dengan cara membujuk, secara damai tanpa paksaan untuk mengarahkan masyarakat akan norma yang berlaku. Dan langkah ketiga, Represif, jika kedua langkah tidak bisa dipakai, kita akan melakukan tindakan hukum yang melibatkan aparat hukum,” pungkas Panca Sihite. @red.