Didi Sungkono.S.H.,M.H.,: Harus dicarikan Solusi Bukan di Sanksi,Pemerintah Harus Melihat Rakyat Kecil Saat ini Makan Saja Susah Malah Harus Beli HP Untuk Aplikasi Peduli Lindungi

Daerah203 Dilihat

??? ℎ???? ?????? ??? ??????ℎ?????? ?????? ??????? ???ℎ ?????? ??????, ℎ?? ???????? ?????????? ????? ??? ??ℎ?? 1945 ????? 28 , ???? ??? ???? ???????????? ?????? ?????? ???? ???ℎ ???? ??????ℎ?????? ??? ??????????? ??ℎ?????? ???? ?????, ??? ?????? ?????????ℎ ??? ??????? ?????? ???? ????????? ?????????? ????ℎ ?????? ?????ℎ?????? ℎ?? ???????? ?????????,????ℎ?? ??????? ??????? ?????? ??? ????? ????? ℎ???? ???????? ??????? , ?????? ℎ???? ????????? ???????? ????? ?????? ???? ????? ??????? ??????????? ?????? ???? ??????????????, ??? ?????ℎ ????? ?????????ℎ ???? ????? ????? ????????? ,?????? ???? ????? ?????? ????????? ℎ?? ???? ????????? ??? ????ℎ?????? ???? ?????,” ???? ???? ????????.?.?.,?.?.

JOGOJATIM. Surabaya – Saat ini dan kedepannya pemerintah mewajibkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk berbagai aktivitas masyakarat di luar rumah. Mulai dari perjalanan antar kota, masuk pusat perbelanjaan hingga bepergian ke tempat wisata.
Pengamat Hukum asal Surabaya , Didi Sungkono .S.H., M.H., saat diminta tanggapannya angkat bicara,” Ini harus dicarikan solusi,bukan disanksi, kebijakan penggunaan aplikasi PeduliLindungi semakin memberatkan masyarakat miskin,pemerintah DPR , wakil rakyat yang terhormat harus benar benar melihat rakyat dikondisi sekarang ini,banyak yang tidak bekerja ,diPHK, bayar kost,angsuran motor,anak anak yang sekolahnya online,tapi tetap disuruh bayar SPP,beli seragam, ini harus benar benar dilihat dan dilakukan penilaian, rakyat bukan diburu,dicurigai dan disanksi,harus dicarikan solusi.

“Kebijakan mewajibkan setiap warga negara memiliki aplikasi peduli lindungi bisa membuat masyarakat miskin semakin sengsara, karena harus menggunakan telepon pintar. Jangankan untuk membeli telepon pintar dan pulsa, untuk makan saja rakyat yang hari ini tidak mampu, sudah keberatan,” kata Didi Sungkono kepada wartawan, Senin (30/8/21).

Pengamat Hukum ini mengingatkan, ” Agar pemerintah tidak membuat kebijakan yang diskriminatif, rakyat yang tidak mampu punya hak yang sama untuk dilindungi oleh negara.dan dijamin oleh UUD 1945, Dan, jangan karena ingin mudah kemudian mengabaikan fakta bahwa tidak semua rakyat Indonesia memiliki telepone dan telah mendaptkan vaksinasi.Kita lihat masyarakat pedesaan,apakah mereka semua punya HP sistem canggih tersebut?
“Kebijakan harus utuh dan adil untuk semua warga tidak tergantung pada kemampuan ekonominya,” Ungkapnya
Selain permasalahan kemampuan ekonomi, syarat vaksin seakan-akan menunjukkan pemerintah telah berhasil melakukan vaksinasi kepada seluruh rakyat Indonesia. Padahal realisasi vaksinasi masih jauh dari target.Kebijakan pemerintah dalam penangangan Covid-19 ini tidak jelas. Baru 34 juta atau 16 persen dari target rakyat Indonesia yang telah selesai disuntik vaksin tahap kedua. Tapi pemerintah sudah mewajibkan penggunaan sertifikat vaksin untuk berbagai kegiatan seakan-akan sudah sebagian besar rakyat telah mendapatkan vaksin.

“Pemerintah jangan latah mengikuti negara negara tetangga yang telah memberikan vaksin kepada sebagain besar warganya. Kebijakan latah ini semakin membuat susah rakyat. Baiknya, ini harus benar benar dicarikan solusi, sebaiknya disarankan bukan diwajibkan telah divaksinasi ketika bepergian atau tuntaskan dulu target vaksinasi, baru bisa diatur seperti itu,” Ujar Kandidat Doktor Ilmu Hukum Ini .Perlu masyarakat ketahui
Berdasarkan data pemerintah, hingga Minggu (29/8/21), jumlah masyarakat yang sudah divaksinasi dosis kedua yaitu sebanyak 34.858.000 orang atau 16,74 persen dari total target sasaran vaksinasi. Sementara jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin Covid-19 dosis pertama yakni sebanyak 61.654.676 orang atau 29,60 persen. Pemerintah telah menetapkan sasaran vaksinasi untuk mencapai kekebalan komunitas (hard immunity) yaitu 208.265.720 orang.( Arinta/Humbass/ Andrijanto/Rusli )