Surabaya, Jogojatim.com– Acara sosialisasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang digelar oleh PT Granting Jaya berakhir ricuh setelah ratusan pendemo yang mayoritas merupakan nelayan dan warga pesisir menyerbu lokasi acara. Mereka menolak proyek reklamasi di kawasan pesisir timur Surabaya, dengan alasan kekhawatiran terhadap kerusakan ekosistem laut dan ancaman terhadap mata pencaharian mereka. Selasa (11/2/2025)
Sejak awal, aksi protes berlangsung tertib dengan para demonstran membawa spanduk bertuliskan “Pesisir Timur Tolak Reklamasi Laut Kenjeran Surabaya.” Namun, situasi berubah menjadi tegang saat sekelompok massa mulai bertindak anarkis. Mereka merangsek masuk ke dalam gedung tempat sosialisasi berlangsung, menerobos barikade keamanan, dan melakukan perusakan fasilitas.
Menurut saksi mata, sejumlah demonstran melempar kursi, memecahkan kaca, serta mengintimidasi peserta sosialisasi. Seorang petugas keamanan bahkan dilaporkan mengalami pemukulan saat berusaha menghalau massa. Akibatnya, acara yang seharusnya menjadi wadah diskusi justru terhenti di tengah jalan, dan para peserta harus dievakuasi demi keselamatan.
Peristiwa ini menimbulkan tanda tanya besar terkait kesiapan aparat keamanan dalam mengantisipasi potensi kericuhan. Pasalnya, sebelum acara dimulai, pihak penyelenggara mengaku telah berkoordinasi dengan kepolisian guna memastikan keamanan selama sosialisasi berlangsung. Namun, saat kejadian berlangsung, hanya beberapa petugas Bhabinkamtibmas yang terlihat di lokasi, sementara jumlah demonstran jauh lebih banyak.
Beberapa peserta acara menilai kepolisian kurang sigap dalam menangani situasi ini. “Kami sudah mengantisipasi adanya protes, tapi tidak menyangka akan sebrutal ini. Yang menjadi pertanyaan, di mana aparat keamanan? Kenapa mereka tidak segera mengendalikan massa?” ujar salah satu peserta yang enggan disebutkan namanya.
Ketidakmampuan aparat dalam mengamankan jalannya acara juga menjadi sorotan publik. Banyak pihak mempertanyakan apakah kepolisian telah melakukan langkah pencegahan yang cukup atau justru kecolongan dalam menghadapi aksi massa.
Hingga berita ini diturunkan, PT Granting Jaya selaku penyelenggara sosialisasi belum memberikan pernyataan resmi terkait kelanjutan proyek reklamasi maupun respons terhadap insiden ini.
Di sisi lain, beberapa kelompok aktivis lingkungan menyatakan dukungan terhadap aksi protes warga, meskipun mereka tidak membenarkan tindakan anarkis. “Kami memahami keresahan nelayan dan masyarakat pesisir. Reklamasi bukan hanya mengancam lingkungan, tapi juga mata pencaharian mereka. Namun, perjuangan harus dilakukan dengan cara yang damai dan tidak merugikan orang lain,” ujar salah satu aktivis dari LSM lingkungan di Surabaya.
Sementara itu, warga sekitar berharap ada solusi terbaik yang bisa mengakomodasi kepentingan semua pihak. “Kami ingin ada kejelasan dari pemerintah maupun perusahaan terkait dampak reklamasi ini. Jangan sampai konflik ini terus berlarut-larut dan merugikan masyarakat,” kata seorang warga.
Situasi pasca-kericuhan masih menjadi perhatian, terutama terkait langkah yang akan diambil kepolisian dalam menangani pelaku perusakan serta memastikan keamanan di sekitar lokasi.(Red)